Apa itu cantik? Banyak dari kita yang kebingungan menjelaskan kata ‘cantik’, hingga muncul pameo, “cantik itu relatif, tapi jelek mutlak”. Apakah benar penilaian cantik hanya berdasarkan keindahan fitur wajah dan lekuk tubuh semata? Atau kita sendiri yang menciptakan batas-batas diskriminatif atas cantik itu sendiri 1? Melalui tulisan yang dibuat mirip dengan penelitian ini, kami ingin membuktikan hipotesis bahwa, “Cantik diukur dari penampilan fisik”. Berdasarkan data dari 130 responden dengan kuesioner berisi 10 item, dapat dilihat ternyata fisik bukanlah segalanya untuk menjelaskan kecantikan. Pria tertarik pada wanita lebih karena perilakunya, serta wanita sendiri mempersepsikan dirinya 'cantik', pun atas dasar perilaku yang membuat dirinya menarik. Penelitian-penelitian lain pun membuktikan faktor non-fisik dapat meningkatkan daya tarik fisikal. Karena kecantikan fisikal itu dapat memudar pada suatu waktu. Saat kecantikan fisik telah hilang, maka perilakumu lah yang menolong kamu terlihat tetap ‘cantik’.
cantik, persepsi, fisik, perilaku, intelektual, menarik
Kami mempertanyakan lagi pengetahuan kita tentang kata ‘cantik’. Apakah cantik itu? Berangkat dari kegelisahan kami mengenai pertanyaan/pernyataan yang membuat kami, kamu dan jutaan wanita lainnya bingung. Iya, salah satu dari kami dibuat bingung setelah membaca buku "A Cat In My Eyes"-nya Fahd Pahdepie 1 mengenai wanita dan kecantikan. Apakah yang membuat wanita terlihat cantik ataupun tidak cantik? Wanita di bagian manapun di dunia ini selalu ingin mendefinisikan cantik, dan pria pun ingin mendefinisikan cantik pula. Adapula pameo bahwa “cantik itu relatif, tapi jelek mutlak”. Bagaimanakah hal itu relevan dengan kondisi saat ini? Saat dimana kebebasan berpendapat dan kesetaraan gender sangat dielu-elukan.
Dalam artikel berjudul "The Truth About Beauty", cantik adalah apapun yang secara seksual menarik untuk pria: fitur tubuh molek, bibir yang terlihat ‘penuh’, dagu yang lancip, dan mata yang besar 2. Kecantikan yang kasat mata seperti ini, kerap membuat mata terpana, dan secara tidak sadar orang pada umumnya punya ekspektasi yang lebih tinggi pada perempuan yang terlihat cantik. Dale Archer dalam artikelnya di "Psychology Today" berkata bahwa cantik secara tidak sadar sering kali dikaitkan dengan sifat-sifat lain seperti: pintar, manis, atau mudah bergaul 3. Tapi apakah memang benar jika cantik wajahnya berarti juga selalu cantik sifatnya?
Kita mengalami kebingungan atas pegangan mengenai definisi cantik, kita percaya pada pandangan umum tentang cantik. Namun kita sendiri tidak begitu memahami pandangan tentang cantik itu seperti apa. Apakah mau mengikuti definisi KBBI yang menjelaskan kata “cantik” sebagai:
Can·tik a 1 elok; molek (tt wajah, muka perempuan); 2 indah dl bentuk dan buatannya 4
Atau mungkin apa yang dikatakan mas Fahd, “Kita telah melakukan kejahatan yang paling keji. Kita telah menciptakan batas-batas yang diskriminatif. Cantik tidak cantik.” 1 benar adanya? Maka kami mencoba untuk memberikan pemahaman baru terhadap definisi “cantik” tersebut.
Dari peliknya perdebatan mengenai definisi “cantik” yang beredar di kalangan masyarakat, seperti yang telah kami paparkan pada bagian Latar Belakang, kami menetapkan satu hipotesis bahwa: “Cantik diukur dari penampilan fisik.”
Namun, hipotesis hanyalah akan menjadi hipotesis apabila tidak dibuktikan. Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis tersebut, pada penelitian iseng-namun-tidak-asal-asalan ini kami mencoba untuk menjawabnya lewat pertanyaan penelitian:
Kalau di penelitian sungguhan, artikel ini adalah sebuah studi semi-kualitatif dengan sedikit sentuhan kuantitatif pada pengolahan data dan banyak sentuhan kualitatif (dan intuitif) pada penjelasannya. Syukur kami punya data dan angka yang dapat ditampilkan dalam bentuk grafis di bagian selanjutnya. Data di dapat dari jawaban responden, yang kebanyakan adalah lingkaran pertemanan kami sendiri, dari kuesioner yang berisi: 2 (dua) pertanyaan demografis, 3 (tiga) pertanyaan terbuka, dan 2 (dua) pertanyaan tertutup.
Jenis Pertanyaan | Variabel | Pertanyaan | Urutan |
---|---|---|---|
Demografis | Jenis Kelamin | Anda seorang? | 1 |
Usia | Anda berumur? | 2 | |
Terbuka | Definisi 'cantik' | Menurut Anda apa itu 'cantik'? | 3 |
Definisi 'perempuan cantik' | Perempuan 'cantik' itu menurutmu apa? | 5 | |
Sinonim kata 'cantik' | Satu kata persamaan 'cantik'? | 9 | |
Tertutup | Persepsi cantik | Apakah 'cantik' hanya dari pandangan? | 4 |
Prioritas aspek kecantikan | Lebih milih mana: Fisik atau Intelektual? | 6 | |
Lebih milih mana: Intelektual atau Perilaku? | 7 | ||
Lebih milih mana: Fisik atau Perilaku? | 9 | ||
Self Image | Jika Anda perempuan, apakah Anda merasa cantik? | 10 | |
Kuesioner waktu disebarluaskan melalui media Google Spreadsheet, sehingga metode penentuan sampel pada studi ini bersifat accidental sampling, yang secara literal berarti sampel yang tidak sengaja ketemu, atau siapapun yang mau diminta/dirayu/dipaksa untuk mengisi kuesioner yang dijaring lewat media sosial. Terdapat 130 responden yang mengisi kuesioner, dengan perbandingan 60 orang responden laki-laki dan 70 orang responden perempuan.
Agar mudah dimengerti oleh kamu, kamu dan kamu, hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk grafis, berupa pie chart dan bubble plot untuk tipe pertanyaan tertutup yang dapat diolah secara kuantitatif, serta word cloud untuk tipe pertanyaan terbuka.
Di bagian ini kamu akan melihat banyak visualisasi data dalam bentuk grafis. Ya, banyak. Kami membaginya ke dalam dua subbagian yaitu data primer dan data sekunder. Siapkan kaca pembesar, mata yang jeli, dan otak yang jernih untuk membacanya
Dapat dilihat dari word cloud di bawah ini, kata sifat yang paling banyak digunakan oleh 130 responden untuk menjawab pertanyaan, “Menurut Anda apa itu ‘cantik’?” adalah kata ‘baik’ dan ‘menarik. Kedua kata tersebut juga yang paling banyak digunakan oleh responden pria untuk menjelaskan kata cantik, sedangkan wanita paling banyak menggunakan kata ‘baik’ untuk menjawab pertanyaan ini.
World cloud selanjutnya menunjukkan kata-kata yang yang paling banyak digunakan untuk menjawab pertanyaan, “Satu kata persamaan ‘cantik’?” Dapat dilihat bahwa kata ‘indah’ dan ‘menarik’ adalah yang paling banyak muncul dalam distribusi persamaan kata cantik. Dari responden pria kami, terlihat bahwa tidak ada kata tertentu yang sepakat digunakan untuk menjawab pertanyaan ini, sedangkan responden wanita paling banyak menggunakan kata ‘indah’ sebagai persamaan kata cantik.
Sekarang, mari kita lihat beberapa pie chart di bawah ini. Pie chart pertama menunjukkan proporsi responden dalam menjawab pertanyaan, “Apakah ‘cantik’ hanya dari pandangan?”. Dapat terlihat bahwa 113 responden (63 wanita, 50 pria) menjawab ‘Tidak’ dan 17 lainnya (10 pria, 7 wanita) menjawab ‘Ya’.
Selanjutnya adalah pie charts yang menunjukkan prioritas responden pada aspek kecantikan: fisik, intelektual, dan perilaku. Pada pertanyaan, “Lebih milih mana: Fisik atau intelektual?” 100 responden (64 wanita, 36 pria) lebih memilih intelektual daripada fisik, sedangkan 29 lainnya (23 pria, 6 wanita) lebih memilih fisik daripada intelektual.
Pada pertanyaan “Lebih milih mana: Intelektual atau Perilaku?” 114 responden (62 wanita, 52 pria) lebih memilih perilaku daripada intelektual, dan 15 lainnya (8 pria, 7 wanita) lebih memilih intelektual daripada perilaku.
Pada pertanyaan, “Lebih milih mana: Fisik atau Perilaku?” 112 responden (68 wanita, 44 pria) lebih memilih perilaku daripada fisik, sedangkan 18 lainnya (16 pria, 2 wanita) lebih memilih fisik daripada perilaku.
Satu lagi pie chart untuk data primer, menunjukkan proporsi responden yang merasa dirinya cantik atau tidak. Untuk pertanyaan, “Jika Anda perempuan, apakah Anda merasa cantik?” 90 responden (56 wanita, 34 pria – ya, para pria membayangkan dirinya menjadi seorang wanita untuk menjawab pertanyaan ini) menjawab ‘Ya’, dan 40 responden (26 pria, 14 wanita) menjawab ‘Tidak’.
Dari data-data tunggal di atas, kami mencoba melihat pola yang muncul dengan membenturkan dua atau lebih variabel sekaligus.
Pada bubble plot berikut ini, kami ingin melihat adanya korelasi antara variabel self-image (merasa cantik atau tidak) dengan variabel prioritas aspek kecantikan (fisik, intelektual, dan perilaku). Variabel self-image terletak pada sumbu-X dengan poin -1 untuk jawaban ‘tidak merasa cantik’ dan 1 untuk jawaban ‘merasa cantik’, sedangkan variabel prioritas aspek kecantikan terletak pada sumbu-Y dengan rincian: -1 untuk aspek perilaku dan 1 untuk aspek fisik (bubble biru), -1 untuk aspek intelektual dan 1 untuk aspek fisik (bubble hitam), dan -1 untuk aspek intelektual dan 1 untuk aspek perilaku (bubble hijau).
Dari grafik di atas, bubble biru menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih perilaku daripada fisik (kuadran 3 dan 4), 79 di antaranya merasa cantik dan 33 lainnya merasa tidak cantik. Sedangkan responden yang lebih memilih fisik daripada perilaku (kuadran 1 dan 2), 11 di antaranya merasa cantik dan 7 lainnya merasa tidak cantik.
Bubble hitam menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih intelektual daripada fisik (kuadran 3 dan 4), 70 di antaranya merasa cantik dan 30 lainnya merasa tidak cantik. Sedangkan responden yang lebih memilih fisik daripada intelektual (kuadran 1 dan 2), 19 di antaranya merasa cantik dan 10 lainnya merasa tidak cantik.
Bubble hijau menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih perilaku daripada intelektual (kuadran 1 dan 2), 77 di antaranya merasa cantik dan 37 lainnya merasa tidak cantik. Sedangkan responden yang lebih memilih intelektual daripada perilaku (kuadran 3 dan 4), 13 di antaranya merasa cantik dan 2 lainnya merasa tidak cantik.
Kami masih punya bubble plot lagi! Kali ini, kami ingin melihat adanya korelasi antara variabel persepsi cantik (apakah cantik hanya dari pandangan?) dengan variabel prioritas aspek kecantikan (fisik, intelektual, dan perilaku). Variabel persepsi cantik terletak pada sumbu-X dengan poin -1 untuk jawaban ‘tidak hanya dari pandangan’ dan 1 untuk jawaban ‘hanya dilihat dari pandangan’, sedangkan variabel prioritas aspek kecantikan terletak pada sumbu-Y dengan rincian yang sama dengan bubble plot sebelumnya.
Dari grafik di atas, bubble biru menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih perilaku daripada fisik (kuadran 3 dan 4), 100 di antaranya merasa cantik tidak hanya dari pandangan dan 12 lainnya merasa cantik hanya dilihat dari pandangan. Sedangkan responden yang lebih memilih fisik daripada perilaku (kuadran 1 dan 2), 13 di antaranya merasa cantik tidak hanya dari pandangan dan 5 lainnya merasa cantik hanya dilihat dari pandangan.
Bubble hitam menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih intelektual daripada fisik (kuadran 3 dan 4), 94 di antaranya merasa cantik bukan hanya dari pandangan dan 6 lainnya merasa cantik hanya dilihat dari pandangan. Sedangkan responden yang lebih memilih fisik daripada intelektual (kuadran 1 dan 2), 10 di antaranya merasa cantik bukan hanya dari pandangan dan 10 lainnya merasa cantik bukan hanya dilihat dari pandangan.
Bubble hijau menunjukkan bahwa responden yang lebih memilih perilaku daripada intelektual (kuadran 1 dan 2), 100 di antaranya merasa cantik bukan hanya dari pandangan dan 14 lainnya merasa cantik hanya dilihat dari pandangan. Sedangkan responden yang lebih memilih intelektual daripada perilaku (kuadran 3 dan 4), 12 di antaranya merasa cantik bukan hanya dari pandangan dan 3 lainnya merasa cantik hanya dilihat dari pandangan.
Sudah capek belum? Kami belum! Masih ada lagi satu uraian data sekunder ini. Saatnya kembali ke pie chart! Dari tiga pertanyaan pada variabel prioritas aspek kecantikan, muncul pertanyaan di benak kami, “Jika seseorang mengutamakan satu aspek yang sama pada dua pertanyaan, apa yang akan ia pilih di satu pertanyaan lainnya yang tidak mengandung aspek tersebut?”
Dari pie chart di atas, terlihat bahwa ada 6 orang yang mengutamakan fisik di atas perilaku dan intelektual. Ketika diminta untuk memilih perilaku atau intelektual, 5 orang memilih perilaku dan 1 orang memilih intelektual. Dan yang menarik adalah, ke enam orang itu semuanya adalah pria!
Dari pie chart di atas, terlihat bahwa ada 99 orang (60 wanita, 39 pria) yang mengutamakan perilaku di atas fisik dan intelektual. Ketika diminta untuk memilih fisik atau intelektual, 80 orang (55 wanita, 25 pria) memilih intelektual dan 19 orang memilih fisik (14 pria, 5 wanita).
Dari pie chart di atas, terlihat bahwa ada 10 orang yang mengutamakan intelektual di atas fisik dan perilaku. Ketika diminta untuk memilih fisik atau perilaku, 3 orang yang seluruhnya adalah pria memilih fisik dan 7 orang (6 wanita, 1 pria) memilih perilaku.
Sesungguhnya, banyak sekali insight yang bisa didiskusikan dari data-data di atas, kawan. Dimulai dari kata yang sering digunakan untuk mendefinisikan ‘cantik’, ternyata responden meresponnya dengan kata-kata sifat terkait ‘menarik’ dan ‘baik’. Wow, bahkan kedua kata tersebut lebih abstrak dari kata cantik itu sendiri! ‘Menarik’ dan ‘baik’ bisa jadi begitu luas artiannya. Lalu, apakah itu yang membuat ‘menarik’? Terkait jawaban responden mengenai persepsi cantik, mereka banyak yang lebih sepakat bahwa kecantikan itu utamanya tidak hanya dilihat dari pandangan saja. Dengan kata lain, penampilan fisik bukanlah hal yang paling esensial untuk mendefinisikan ‘cantik’. Terlihat pada prioritas aspek kecantikan, aspek perilaku menjadi juara sebagai yang paling diprioritaskan dari dua aspek yang lain, intelektual dan fisik. Benarkah jika kami menyimpulkan bahwa ‘menarik’-nya seorang wanita itu terlihat dari perilakunya? Ini sejalan dengan kata ‘baik’ yang seringkali digunakan untuk menjelaskan perilaku. Dengan kata lain, tindak-tanduk wanita lah yang membuat orang lain tertarik padanya. Setuju?
Sedikit berbeda bila mereka diminta mencari padanan kata ‘cantik’, yang keluar paling banyak adalah kata ‘indah’ dan ‘menarik’. Ya, kata ‘menarik’ muncul lagi sebagai padanan kata. Mungkin ini menunjukkan apa-apa yang membuat mereka tertarik, merupakan sebuah kecantikan kah? Lalu mengenai kata ‘indah’, ini sudah barang tentu hal-hal kasat mata. Bahkan KBBI pun menuliskan indah itu:
in·dah a dl keadaan enak dipandang; cantik; elok; 4
Ini menjadi suatu hal yang debate-able, sebab nyatanya lebih banyak responden yang berpendapat bahwa kecantikan bukan hanya dilihat dari pandangan dan aspek fisik itu bukanlah yang utama. Bahkan hanya 6 orang yang memilih fisik yang utama, dan semua itu pria lagi. Seperti yang sudah disebutkan, aspek perilaku lah yang jadi prioritas untuk kecantikan. Bagi mereka yang memilih perilaku yang utama, mereka akan melihat aspek intelektual selanjutnya. Apakah berarti perilaku orang mencerminkan intelektualitasnya? Ataukah kita ada keraguan bahwa meski intelektualitas bagus, belum tentu perilakunya menarik dan sebaliknya? Namun bagi mereka yang mementingkan aspek intelektual, selanjutnya barulah fisik yang diutamakan. Apakah ada stigma bahwa perempuan dengan fisik menarik tidak dibarengi intelektualitas yang sama bagusnya?
Responden kami hampir semuanya, bila dikatakan 70% itu mayoritas, merasa dirinya cantik. Mereka yang merasa cantik ini 77%-nya setuju bahwa cantik itu bukan hanya dari penampilan fisik semata, melainkan dilihat dari perilakunya. Ya, mereka akan percaya diri mengatakan dirinya cantik mungkin karena cantik tidak dinilai dari keindahan wajahnya. Apakah jawaban mereka adalah pengakuan jujur, ataukah hanya justifikasi belaka agar mereka dianggap cantik oleh lingkungan sosialnya? Bagaimana jika cantik hanya dilihat dari wajah? Apakah mereka akan tetap merasa dirinya cantik?
*)Hahaha, bukannya tercerahkan, malah tambah banyak pertanyaan di otakmu ya setelah baca pembahasan ini? :p
Para pria disini hanya 20% yang menganggap cantik itu dari pandangan. Para pria ternyata menyimpulkan secara kasar bahwa kecantikan ataupun cantik itu bisa ditemukan tidak hanya dari pandangan. Tapi benarkah? Ya hanya 26% yang merasa fisik lebih penting dari perilaku, serta ‘hanya’ 38% yang memilih fisik lebih penting dari intelektual. Cukup 6 orang yang memilih fisik lebih utama (2 dari 3 pertanyaan yang diajukan) dan 5 dari 6 orang tersebut memilih perilaku yang lebih penting selanjutnya.
Sebanyak 86% pria memilih perilaku lebih penting dibanding intelektual dan 73% mengutamakan perilaku dibanding fisik. Bahkan para pria yang mengutamakan perilaku (2 dari 3 pertanyaan yang diajukan), sebanyak 39 orang, 25 orang diantaranya memilih intelektual hal penting selanjutnya. Namun bila pria memilih intelektual yang utama, hanya 4 orang dan 3 diantaranya menilai aspek fisik yang utama selanjutnya.
Data ini bercerita pada kita, bahwa pria ternyata lebih menyukai perilaku dari dibanding aspek fisik untuk kecantikan seorang perempuan. Pria disini tidak terlalu melihat aspek intelektual yang utama juga. Pria mungkin terkesima atas perilaku wanita, segala hal-hal berbudi luhur yang menjadikan wanita tersebut cantik. Hal ini sejalan dengan penjelasan pria mengenai ‘cantik’ itu banyak dengan kata sifat ‘menarik' dan ‘baik’. Ada kata ‘baik’ disana, menunjukkan kebaikan entah dalam tulisan, perilaku, ucapan atau kemurahan hati dapat meluluhkan pria. Hingga pria tidak memiliki padanan kata yang cukup dominan untuk merepresentasikan cantik. Namun hampir semua kata yang mereka tulis, sangat bersifat kasat mata. Seperti, ‘ayu’, ‘manis’, ‘jelita’, ‘dipandang’ dan sejenisnya. Menurut saya, ‘cantik’ itu sangat banyak sekali padanannya, hingga pria kehilangan kata-kata.
Wanita menjadi sebuah objek jika kita bicara mengenai kecantikan. Lalu bagaimana wanita sendiri memandang konsep kecantikan? Pertama-tama, saya cukup bangga dengan responden wanita, sebab 80%-nya merasa dirinya cantik. Selain itu, hasil yang didapat pada kelompok responden wanita tidak terlalu berbeda dengan pendapat responden secara keseluruhan. Jika disimplifikasi, hanya 1 dari 10 wanita yang setuju bahwa cantik hanya dilihat dari pandangan. Dengan kata lain, 90% wanita bilang bahwa cantik bukan hanya dinilai dari fisik.
Benar saja, tidak ada satu wanita pun yang memprioritaskan aspek fisik di atas aspek perilaku dan intelektual. Wanita-wanita ini 91%-nya memprioritaskan perilaku sebagai aspek utama yang menjelaskan kecantikan. Seiring dengan banyaknya penggunaan kata ‘baik’ untuk mendefinisikan kata ‘cantik’ yang menurut saya banyak kaitannya dengan aspek perilaku itu sendiri. Sedangkan 9%-nya memprioritaskan aspek intelektual.
Data ini menunjukkan, bahwa mungkin wanita lebih senang dianggap cantik dari perilakunya dibanding dari fisiknya. Sedikit berbeda dengan pria yang lebih suka melihat wanita lebih dulu dari fisik sebelum intelektual, wanita lebih suka dianggap cantik dari aspek intelektualnya daripada fisiknya. Lucu ya? Ini wanita anti fisik atau bagaimana ya? Hehe. Ataukah penilaian fisik bagi wanita bersifat ofensif? Hasil ini sedikit kontradiktif dengan padanan kata yang banyak digunakan wanita untuk kata ‘cantik’, yaitu ‘indah’ yang secara literal menjelaskan tampilan yang kasat mata.
Apa kata Ans?
Menurut saya, penilaian orang itu cantik berpatok pada perilaku. Saya sepakat dengan pendapat responden, bahwa cantik itu tidak dari pandangan, tidak selalu terkait fisik. Memang fisik masih menjadi aspek yang diperhatikan, kami pria masih mencari padanan kata ‘cantik’ itu pada kata-kata yang menunjukkan kasat mata. Ada pula pria yang mengutamakan fisik, dengan jumlah yang tak banyak, lalu selanjutnya mereka melihat perilaku. Namun kecantikan itu tak melulu fisikal. Saya melihat para pria lebih tertarik pada perilaku wanita. Bahkan menurut sebuah artikel yang mengacu penelitian Om Kniffin dan Wilson 5, faktor non-fisik memberikan pengaruh pada persepsi kemenarikan fisikal. Mereka berkata, bila kamu ingin meningkatkan daya tarik fisikal, maka jadilah partner sosial yang berharga. Berperilaku dan berbicara yang menarik dan dihormati.
Kita telah terlalu sibuk dengan mendefinisikan cantik, sehingga kita lupa untuk menjadi dan menikmati ‘kecantikan’ itu sendiri. Kita terlalu membatasi, mungkin hanya pada fisik. Bahwa cantik tidak melulu pada fisik. Kita mendefinisikan cantik pada sebuah rongga kamus dengan kata-kata kasat mata. Padahal responden kami ternyata menganggap kecantikan itu lebih utama dari perilaku. Iya perilaku, perilaku itu akhlak kan?
Sebagus apapun fitur-fitur wajah, lekuk tubuh wanita, tetap sia-sia bila perilakunya buruk. Tidak membuat kami tertarik. Tentunya sebuah jackpot, bila sudah perilaku menarik, ditambah cantik. Bahkan ada stereotip di masyarakat bahwa wanita cantik, itu secara tidak sadar akan dianggap memiliki perilaku yang baik, dan sebaliknya, katanya. Apa kata tentang kepintaran atau intelektual? Saya menganggap intelektual hal penting selanjutnya setelah perilaku, terlihat dari jawaban responden kami. Tapi saya tak mau naif, bahwa intelektual tidak cukup membuat menarik, seperti halnya perilaku. Kami masih melihat fisik dengan porsi cukup besar, bila berkata intelektualitas wanita.
Saya melihat hampir semua responden wanita kami merasa percaya diri dengan dirinya menyatakan ‘cantik’. Wow! Kalau boleh saya mendefinisikan cantik itu apa. Saya tak ingin membatasinya, bahkan kami pria pun bingung dengan padanan kata ‘cantik’. Tapi ‘cantik’ itu, sekali lagi bukan utama dari fisik. Saya melihat sifat-sifat kebaikan yang mendefinisikan ‘cantik’ itu sendiri. Tentang ketulusan, keramahan, kemandirian, akhlak, kesopanan, kenyamanan dan sejenisnya.
Apa kata Laras?
Hasil bahwa tidak ada wanita yang menjadikan fisik sebagai prioritas pada aspek kecantikan cukup menarik untuk saya diskusikan. Apakah karena banyak wanita yang merasa wajahnya tidak cukup ‘cantik’ untuk dibilang ‘cantik’, sehingga mereka sepakat untuk memprioritaskan aspek lain untuk kecantikan? Padahal mereka paling banyak menggunakan kata ‘indah’ sebagai padanan kata ‘cantik’. Ini sedikit bertentangan, sebab ‘indah’ menjelaskan hal-hal yang dapat dilihat bentuknya.
Saya punya interpretasi sendiri untuk ini. Sebenarnya, siapa sih wanita yang tidak concern terhadap penampilan fisiknya? Kalau kamu wanita dan angkat tangan, berarti kamu outliers, hehe. Wanita sudah sewajarnya menginginkan dirinya terlihat indah secara fisik, sehingga mereka mengaitkan kata ‘cantik’ dengan kata ‘indah’. Jika pendapat saya salah, mungkin tidak ada itu yang namanya make up, perawatan wajah, operasi plastik, sedot lemak, sulam alis, dan pelbagai macamnya. Namun justru keindahan fisik inilah yang menjadi insekuritas para wanita. Insekuritas bukan berarti seorang wanita tidak merasa dirinya cantik, melainkan ia merasa cantik namun takut kehilangan kecantikannya 6 – bahkan ketika ia merasa cantik sekalipun. Ini sejalan dengan 80% wanita yang sudah merasa cantik, namun tidak memilih fisik sebagai tolak ukur cantik.
Mengapa mereka memilih aspek lain untuk menjelaskan kecantikan, dalam hal ini menggunakan kata ‘baik’? Saya rasa ini merupakan substitusi yang muncul dari insekuritas itu sendiri, walaupun mungkin tidak sepenuhnya karena toh mereka pun percaya diri berkata dirinya cantik. Sebab menurut Carlin Flora pada artikelnya yang berjudul “The Beguiling Truth About Beauty”, kecantikan fisik hanyalah satu faktor dari kemenarikan, dan bahkan merupakan faktor terakhir yang dipertimbangkan setelah ekspresi emosi dan kemampuan sosial 7.
Saya tidak sepakat bahwa definisi ‘cantik’ itu mutlak melulu masalah penampilan fisik, namun saya sepakat bahwa definisi ‘cantik’ sudah bergeser maknanya yang lebih cocok sebenarnya disebut dengan ‘kemenarikan’. Seberapa menarik seseorang bukan hanya masalah kecantikan saja. Kecantikan bakal hilang seiring dengan waktu. Tapi, apa yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan kalau kecantikan itu memang memudar? Yang tersisa adalah kualitas-kualitas lain seperti perilaku dan mungkin sedikit bekal intelektual, bukan? Intinya, bagaimana perempuan itu mempertahankan kualitas-kualitas di dalam dirinya itulah yang membuat ia terlihat ‘cantik’.
Jika kesimpulan berarti menjawab hipotesis penelitian kami yaitu, “Cantik diukur dari penampilan fisik” maka…. Tetot! Hipotesis penelitian ditolak. Ternyata cantik itu bobotnya lebih berat ke arah perilaku. Responden menjelaskan kata 'cantik' dengan kata sifat 'menarik' dan 'baik' serta memadankan dengan kata 'indah'. Cantik itu tidak melulu tentang fisik, ketertarikan pria atas wanita lebih karena perilakunya. Serta wanita sendiri mempersepsikan dirinya 'cantik', karena atas dasar perilaku yang membuat dirinya menarik.
Bagaimana cara orang lain menilai seseorang menarik, kembali itu adalah jawaban subjektif. Tidak ada definisi jelas mengenai kecantikan. Tetapi kita memilliki kesalahpahaman, bahwa cantik itu seharusnya tidak hanya fisik. Penelitian-penelitian lain pun membuktikan faktor non-fisik dapat meningkatkan daya tarik fisikal. Karena kecantikan fisikal itu dapat memudar dan membuat insekuritas pada wanita. Maka kami menganjurkan agar kalian mengubah persepsi definisi kecantikanmu itu hanya dari fisik. Menginvestasikan pada pada aspek non-fisik tidak hanya yang semu. Perbaiki akhlak dan perilakumu, maka tingkat daya tarikmu akan semakin tinggi.
Ujung-ujungnya, tujuan dari penelitian kecil kami ini adalah untuk memicu pemikiran-pemikiran kamu yang lebih besar lagi. Jadi, untuk mempercantik hasil tulisan ini, kamu bisa bebas berikan pendapatmu mengenai cantik!